Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Sunday, April 21, 2019

MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA?

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Perayaan Hari Kartini sering kali diwarnai dengan lomba Kartini MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA?


Perayaan Hari Kartini sering kali diwarnai dengan lomba Kartini-Kartono. Tapi, pernah nggak, sih, kamu kepo soal Kartono yang misterius ini?

Kalau Raden Ajeng Kartini masih hidup hingga hari ini dan ikut merayakan Hari Kartini setiap tahunnya, hal pertama yang ingin saya ketahui adalah bagaimana pendapatnya soal “perang” argumentasi antara kelompok feminis dan kelompok Indonesia Tanpa Feminis. Saya juga ingin tahu apa pendapatnya soal orang-orang yang mencibir perempuan-perempuan yang bersekolah tinggi karena ujung-ujungnya mereka dianggap “semestinya” bertugas di ranjang dan dapur saja setelah menikah.

Tapi, saya yakin betul, sebelum sempat bertanya soal kedua hal tadi, saya bakal tak kuasa menahan diri untuk bertanya:
“Menurut Ibu, nih, lomba Kartini-Kartono yang digelar di sekolah setiap tanggal 21 April itu inspirasinya dari mana???”
Iya, iya, saya tahu, kok, lomba Kartini-Kartono yang mewajibkan setiap kelas mengirimkan 1 wakil perempuan dan 1 laki-laki untuk berjalan berpasangan di lorong sekolah dan dinilai para juri ini salah satunya bertujuan untuk mendekatkan siswa dengan budaya berbusana daerah.
Tapi, yang jadi pertanyaan saya: kenapa??? Kenapa—dari sekian banyak perlombaan di dunia ini—harus ada lomba Kartini-Kartono yang malah menimbulkan pertanyaan baru:
…Kartono itu siapa???
Ya, ya, ya, keheranan saya ini mengerucut ke pertanyaan yang lain: keberadaan Kartono. Kenapa, dalam lomba berpasangan ini, pasangan “Kartini” disebut “Kartono”? Bukankah suami Raden Ajeng Kartini bernama Raden Adipati Joyodiningrat? Kenapa kita—dengan tujuan menghargai suami beliau—tidak menyebut lomba ini sebagai lomba Kartini-Joyodiningrat?

Jadi, sungguh, selama bertahun-tahun, saya selalu penasaran siapa itu Kartono, atau mengapa kaum lelaki selalu disebut sebagai “Kartono”, dan mengapa ia harus dipasangkan dengan “Kartini” untuk berjalan di catwalk dadakan lorong sekolah.
Namun setidaknya, kepala saya pernah mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sendiri.

Pertama, saya rasa, karena Kartini adalah seorang perempuan Jawa tulen yang digambarkan dalam balutan busana daerah, orang-orang akhirnya memutuskan bahwa cara terbaik merayakan Hari Kartini adalah dengan menjadi Kartini itu sendiri. Atau, secara sederhana, kita diajak untuk cosplaymenjadi Kartini.
Kenapa harus begitu? Jawabannya bisa beragam, tapi saya rasa kalau lomba yang diadakan adalah lomba menulis kumpulan surat-surat dalam bahasa Belanda—seperti yang dilakukan Kartini—bakal jadi lebih merepotkan. Ya, kan? Ya, kan???
Nah, karena lomba yang dipilih adalah lomba berbusana daerah, tentu nggak mungkin kalau si pengguna pakaian ini disuruh nge-dance kayak peserta dance cover atau hanya sekadar disuruh selfie,lalu unggah ke Instagram sembari nge-tag 5 orang kawan. Duh, udah dandan full, loh, dia tu! Please, deh!
Maka, ide terbaik selanjutnya adalah membuat si peserta berbusana daerah ini untuk tampil elegan agar aura ke-Kartini-annya keluar. Nah, tentu saja, agar seimbang, si Kartini ini perlu diberi pasangan agar kesetaraan gender dalam “memamerkan” busana daerah lebih terwujud.

Kedua, permasalahan berikutnya muncul untuk menyebut pasangan Kartini KW: harus disebut siapakah dia?
Kembali ke pertanyaan saya sebelumnya, kenapa lomba Kartini-Kartono ini tidak disebut Kartini-Joyodiningrat, dengan mempertimbangkan nama sang suami?
Ah, tapi mau gimana lagi, Saudara-saudara, lah wong budaya kita ini budaya suka lupa, kok. Nyatanya, di banyak kolom komentar Instagram, netizen suka sekali berkata, “Maaf, sekadar mengingatkan,” demi melihat sesuatu yang mereka anggap aneh, salah, dan tidak lazim. Nah, kebayang, kan, kalau nama lomba ini adalah lomba Kartini-Joyodiningrat yang notabene lebih panjang, lebih ribet, dan tidak lebih “seirama” sehingga lebih susah dihafalkan?

Daripada menghadapi serangan netizen—atau orang-orang di sekolah—kalau suatu hari kita (hah, kita???) nggak sengaja salah menyebut nama Joyodiningrat, dipilihlah nama yang lebih ear-catching dan cocok disandingkan dengan nama Kartini.

Dasar orang Indonesia kelewat kreatif, nama Kartono pun dipilih. Bagaimanapun, nama ini serupa dengan Kartini, hanya diganti huruf vokalnya saja, yaitu dari menjadi o.
Tadinya saya bertanya-tanya lagi: kenapa huruf ini memberikan kesan “laki-laki”??? Kenapa namanya nggak Kartana saja???
“Kan dia orang Jawa, Li, jadi pakai o, deh. Kartono,” jawab teman saya, berusaha membantu. Saya ngangguk-ngangguk.
“Coba kalau Kartini dari tanah Ngapak,” celetuk saya kemudian, “kayaknya di sana, si Kartono-nya disebut jadi Kartana, deh.” Teman saya keselek, tertawa mengingat betapa sego (baca: nasi) dalam bahasa Jawa pun berubah jadi sega dalam bahasa Ngapak.

Ketiga, meski tokoh Kartono ini mungkin saja muncul dari ilmu cocoklogi dan ear-catching di atassaya akhirnya berjumpa dengan sebuah fakta mengejutkan: tokoh yang bernama Kartono ternyata benar-benar ada dan ia adalah kakak kandung Kartini.
[!!!!!!!!!111!!1!!!!1!!!]
Jadi, Kartono yang beneran ini bukanlah sekadar Kartono yang jadi pasangan para Kartini di agenda lomba Hari Kartini. Nama aslinya adalah Raden Mas Panji Sosrokartono dan berusia dua tahun lebih tua daripada Kartini.
Kalau Kartini dipingit sejak berusia 12 tahun, Kartono justru didukung untuk bersekolah tinggi hingga jauh ke Belanda. Nggak tanggung-tanggung, Kartono merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi poliglot (mampu bicara dalam banyak bahasa), yaitu 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di Indonesia. Lulusan Leiden University di Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur ini bahkan pernah dipuji oleh Mohammad Hatta sebagai salah satu orang paling cerdas yang dimiliki Indonesia.
Yaaah, dengan kata lain, kalau Kartono masih hidup hingga hari ini, sepertinya ia akan banyak digilai cewek-cewek yang mendaku diri sebagai sapioseksual
Jadi, Saudara-saudara, di Hari Kartini tahun ini, misteri soal Kartono sudah lumayan terkuak, kan?
Ya iya, lah, memangnya hubungan asmaramu—selalu misterius dan penuh tanda tanya?
Idiiih, sorry lah, yaw.


Sumber https://www.hanapibani.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Friday, October 5, 2018

Asal-Muasal Pertama Kali Munculnya Berhala Di Dunia

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.


Berhala pertama kali muncul dimasa nabi Nuh alaihisslam. Karena ini pulalah Nabi Nuh disebut-sebut sebagai Rasul pertama di dunia. 

Pada masa Nabi Adam hingga masa Nabi Nuh umat Manusia menyembah tuhan yang esa, menyembah Allah yang satu. Mereka tidak kenal patung, berhala dan semacamnya, yang mereka faham Tuhan itu tidak nampak dan Tuhan itu Esa. keyakinan umat manusia masih murni dan lurus ketika itu.

Hingga pada masa Nabi Nuh alaihissalam hiduplah lima orang shalih yang sangat giat beribadah. Saking giat beribadah, sholeh dan baik hati, kelima orang shalih ini bahkan menjadi penyemangat umat manusia ketika itu untuk beribadah, dan juga karena kebaikan kelima orang inilah kemudian masyarakat sekitar sangat mencintai kelima orang shalih ini.

Kelima orang shalih ini bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, mereka adalah pemuka agama ketika itu. Dan Wadd adalah tokoh yang paling tua dari ke-4 lainnya.

Setelah kewafatan ke-5 tokoh pemuka agama yang shalih ini. Semangat ibadah dan iman mereka mulai menurun. Karena dulu ke-5 tokoh ini yang menjadi penyemangat mereka dalam ibadah.

Oleh karena itu sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Kathir dalam Kitab tafsirnya; Untuk memecut dan membakar kembali semangat mereka dalam ibadah, mereka kemudian berinisiatif membangung sebuah monumen yang berbentuk patung untuk mengenang ke-5 tokoh ini. Ibnu Abbas dalam kitab Ighasatul lahafan mengatakan; setelah kelimanya wafat, orang-orang berkumpul di dekat kubur mereka dan membuat patung-patung menyerupai kelimanya.

Ini pointnya; awalnya mereka membuat prasarti monumen berupa patung itu tujuannya bukan untuk diibadahi. Tetapi sebagai menumen dan penyemangat mereka, yakni ketika mereka melihat monumen orang-orang shalih ini mereka teringat gimana solehnya mereka sehingga itu mebuat mereka kembali bersemangatan dalam beribadah.

Kapan kemudian monument itu berubah menjadi sesembahan? yakni ketika orang-orang awal yang membangun patung itu telah wafat. generasi-generasi awal membangun prasati itu sebenarnya sebagai monumen, kemudian mereka wafat. lalu generasi berikutnya kemudian merubah cara pandang itu. Dari yang sebatas monument menjadi berhala sesembahan.

Jelas saja, karena generasi berikutnya mereka tidak kenal siapa itu Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Sedangkan generasi sebelumnya mereka kenal kalau ke-5 orang ini hanya orang saleh dan mereka membangun menumen itu untuk mengenang orang shaleh untuk menyemangati mereka dalam beribadah bukan untuk menyembahnya. Seiring berjalan generasi maka berubahlah cara pandang masyarakat, pada generasi berikutnya mereka melihat monumen itu diistimewakan lalu berubahlah fungsi monumen menjadi sesembahan.

Hal ini kemudian Allah abadikan dalam Al-Quran surah Nuh ayat 23 yang artinya:

“Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata, “Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan-sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’quq, maupun Nasr” (QS. Nuh: 23).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan dalam hadits Diriwayatkan oleh Bukhari, ia mengatakan “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka meninggal, syetan membisikkan kepada kaumnya, ‘Buatlah patung-patung di bekas majelis-majelis pertemuan mereka (sebagai simbol dan untuk mengenang keshalihan mereka), kemudian namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka’. Maka kaumnya melaksanakannya dan belum menyembah patung-patung tersebut. Ketika mereka meninggal, dan telah hilang ilmu, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya” (Diriwayatkan oleh Bukhari, hadist no.4920).

Dalam buku Sirah Ibn Hisyam menjelaskan; Wadd kemudian menjadi sesembahan Bani Kalb, sedangkan Suwaa adalah berhala Huzail. Adapun Yaghuts adalah sesembahan Bani Gatif di Saba, dan Ya’uq adalah sesembahan Bani Hamdan. Sedangkan Nasr adalah berhala Bani Himyar [Sirah Ibnu Hisyam].

Inilah awal-mula rusaknya keimanan manusia dari menyembah Allah menjadi menyembah berhala. Karena itulah Allah mengutus nabi Nuh alaihissalam untuk meluruskan ajaran ini agar kembali menyembah Allah yang esa!.

Masa ini tidak singkat dan berjalan sangat lama. Usia nabi Nuh sendiri menurut Ibnu abbas dari Kitab Qashahsul Ambiya mencapai 1780 tahun. Nuh diangkat menjadi rasul diusia 480 tahun, dan hidup 350 tahun lagi selepas banjir besar. Nuh berdakwah kepada kaumnya selama 950 tahun menurut keterangan surah Al-Angkabut ayat 14. [Ibn Kathir, Kisah-Kisah Para Nabi, (Jakarta: Qisthi Press), 2015, Hal. 121]

Kalau kita hitung jarak antara Nabi Adam hingga Nabi Nuh berjarak sejauh 10 abad sebagaimana hadits Nabi [HR Ibnu Hibban no. 6190; Ath-Thabrani (Mu’jam Al-Kabir no. 5745);. 10 abad ini berbeda pendapat dari kalangan ulama. Ada yang mengatakan 10 abad ini artinya abad yakni 100 tahun ada juga yang megatakan abad ini artinya generasi.

Artinya selama 10 abad umat Manusia masih memurnikan tauhid. Dan selama 950 tahun manusia mulai mengotori ketauhidan Allah karena menyembah berhala di amsa nabi Nuh menurut informasi dalam surah al-Angkabut. Kemudian datang banjir besar yang memusnahkan kaum musyrikin dan meneggelamkan patung-patung berhala tadi. Baru kemudian manusia kembali mentauhidkan Allah.

Inilah awal mula asal-muasal munculnya penyembahan berhala. Awalnya mereka mengagungkan orang shalih, kemudian mendirikan monumen sebagai peringatan, dan kemudian generasi berikutnya dijadikannya sesembahan.

Sama seperti kasus munculnya berhala di Mekkah. Berhala Latta contohnya, Dalam Tafsir At-Tahabari menejelaskan Latta adalah berhala berbentuk segi empat yang ada di Tha’if [Tafsir Ath Thabari, 22/523]. Ibnu Kathir menjelaskan al latta adalah patung putih yang berukir. Ia ditempatkan dalam sebuah rumah di Tha’if yang memiliki kelambu-kelambu dan juru kunci. Sekelilingnya terdapat halaman. Latta di agungkan oleh penduduk Tha’if [Tafsir Ibnu Katsir (7/455)]. 

Siapa Latta itu? 
Ibn Abbas menjelaskan bahwa latta adalah seorang lelaki yang membuat adonan roti untuk para jama’ah haji. Jadi Latta adalah seorang yang shalih dan dermawan, dia suka membagi-bagikan roti kepada jamaah haji. Ini jauh sebelum kelahiran rasulullah.

Kemudian sepeninggalnya, orang-orang mengenang sosok Latta ini dengan mendatangkan kuburannya dan mengambil berkah atas kuburan orang shalih. Lama-kelamaan batu nisan dari kubur ini dijadikan sesembahan. Maka jadilah ia berhala bernama Latta.

Kasus penyembahan Latta ini ternyata juga mirip dengan bagaimana awal mula penyembahan berhala di zaman nabi Nuh. Pertanyaannya, apakah Latta pernah meminta agar dibuatkan patung dan menyembah dirinya?

Itulah sebabnya Rasulullah melarang untuk membuat patung dan gambar dirinya. Karena ditakutkan dapat terjadi yang seperti ini nih. Bahkan dulu kristen generasi awal juga tidak membolehkan membuat patung. Hanya karena umat kristiani hidup berdampingan dengan penganut pagan romawi maka dilakukanlah pendekatan asimilasi. Merubah dari patung-patung pangan diganti dengan patung-patung orang suci atau disebut santo. Begitupula ada juga umat kristen yang menolak patung, Contohnya seperti Kristen Protestan. Pertanyaanya apakah Yesus atau Nabi isa pernah meminta dibuatkan patung dan gambar? well setahu tidak ada.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan: “Rasulullah SAW memerintahkan segala gambar tiga dimensi yakni patung dari orang mati, atau patung yang dibangun di atas kuburan agar dihancurkan, karena keduanya dapat menimbulkan kemusyrikan.” (Majmu’ Al-Fatawa, 17/462)

Rasulullah bersabda, “Jangan sampai syaithan menyesatkan kalian, aku adalah Muhammad bin ‘Abdillah, seorang hamba Allah dan utusan-Nya, demi Allah, aku tidak suka jika kalian mengangkat derajatku melebihi derajat dan kedudukan yang telah Allah tetapkan bagiku.” [HR. Ahmad].

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.