Showing posts with label Botani. Show all posts
Showing posts with label Botani. Show all posts
Saturday, February 23, 2019

Botani, Manfaat, dan Kandungan Kawista

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.



Kawista adalah tumbuhan yang termasuk suku jeruk yang berasal dari India, Sri Langka, Myanmar, dan Indo-Cina yang kemudian banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali.

Nama Lokal
Inggris: Wood apple, elephant apple
Jawa: Kawista, Kinco
Bali: Kusta

Manfaat 
Daging buah yang sudah masak biasanya dicampur dengan gula kemudian dimakan seperti serbat beserta bijinya. Beberapa komoditi buah kawista diolah menjadi sirup. Kawista juga dapat digunakan untuk krim yang berasal hasil olahan daging buahnya.

Buah kawista yang sudah masak dapat dimanfaatkan sebagai obat antara lain sebagai penurun deman, bersifat tonikum, serta dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit perut. Duri dan kulit batang kawista dijumpai dalam berbagai ramuan obat tradisional di kawasan Indo-Cina untuk obat haid yang berlebihan, gangguan liver, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk obat mual.

Kayu kawista dapat dipakai untuk bahan bangunan rumah, tiang serta perabotan pertanian. Getah pohon kawista yang berasal dari kulit kayu juga memiliki manfaat sebagai obat.

Kandungan 
Komposisi daging buah kawista sekitar sepertiga dari keseluruhan buah. Pada buah segar mengandung pektin 3-5%. Tiap 100 g daging buah kawista memiliki kandungan: 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, serta 7,5 g karbohidrat. Tiap 100 g biji yang dapat dimakan memiliki kandungan: 4 g air, 26 g protein, 27 g lemak, dan 35 g karbohidrat. Daging buah kawista kering memiliki kandungan 15% asam sitrat dan sejumlah kecil asam, kalium, kalsium, dan zat besi. Kayu kawista memiliki warna putih kekuningan, keras, agak berat, serta memiliki serat kasar, namun urat kayunya rapat dan dapat dipoles hingga mengkilap.

Botani 
Habitus kawista berupa pohon kecil dan daun-daunnya dapat meluruh, tingginya dapat mencapai 12 meter, memiliki cabang banyak dan berbentuk ramping-ramping, terdapat duri tajam dan lurus yang panjangnya hingga 4 cm. Daun kawista majemuk dengan ukuran panjang sampai 12 cm, bersirip ganjil dengan rakhis dan tangkainya yang bersayap sempit; anak daun saling berhadapan, 2-3 pasang anak daun ujung memiliki bentuk bulat telur sungsang, panjangnya sampai 4 cm, terdapat kelenjar minyak dan jika daun diremas akan keluar sedikit aroma. Bunga jantan dan bunga sempurnanya berbilangan lima, memiliki warna putih, hijau atau jingga kemerahan, pada umumnya bergerombol dalam perbungaan yang kendur yang tereletak di ujung ranting atau di ketiak daun. Tipe buah adalah buni, dengan kulit keras, dan memiliki diameter hingga 10 cm; permukaan kulit buah bersisik, terlepas-lepas, dengan warna keputih-putihan; daging buahnya yang harum itu memiliki banyak biji yang berlendir. Bijinya berukuran panjang 5-6 mm dan berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau; perkecambahannya epigeal. Batang anakannya ramping, sedikit zig-zag; 1-4 lembar daun pertama berbentuk daun tunggal Pohon kawista memperlihatkan pola perkembangan yang sederhana, yaitu berdaun, berbunga, dan berbuah dalam tahun yang sama. Di kawasan Asia Tenggara, daun tanaman kawista umumnya gugur pada bulan Januari, kemudian pembungaan diawali pada bulan Februari atau Maret, kemudian berbuah matang pada bulan Oktober atau November. Pohon tumbuh agak lambat dan tidak akan menghasilkan buah pada saat berumur 15 tahun atau lebih.

Ekologi 
Pohon kawista dapat hidup di iklim tropik muson atau pada kondisi yang sewaktu-waktu kering. Tanaman ini dapat tumbuh sampai di ketinggian 450 mdpl.

Klasfikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae
Genus: Limonia
Spesies: Limonia acidissima

Referensi: PROSEA. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara: Buah-buahan yang dapat dimakan.
Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Friday, February 22, 2019

Jenis-jenis Anggrek Endemik di Pulau Jawa

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Indonesia merupakan surga tumbuhan anggrek yang dikenal oleh dunia. Anggrek merupakan komoditas utama untuk kategori tanaman florikultura. Jenis-jenis anggrek sangat melimpah keberadaannya di Indonesia. Jenis anggrek endemik indonesia pun juga memberikan daftar kekayaan biodiversitas.

Dalam postingan ini dikhususkan untuk daftar jenis anggrek endemik di Pulau Jawa yang jumlahnya lebih dari 210 spesies. Berikut adalah daftarnya yang diurutkan mulai dari alfabet A - Z:

Agrostophyllum latilobum
Anoectochilus flavescens
Appendicula congenera
Appendicula imbricata

Bogoria raciborskii
Bulbophyllum ardjunense
Bulbophyllum binnendijkii
Bulbophyllum devium
Bulbophyllum grudense
Bulbophyllum hamatipes
Bulbophyllum hydrophilum
Bulbophyllum igneum
Bulbophyllum inaequale
Bulbophyllum mucronatum
Bulbophyllum obscurum
Bulbophyllum pahudii
Bulbophyllum papillatum
Bulbophyllum peperomiifolium
Bulbophyllum petiolatum
Bulbophyllum sarcoscapum
Bulbophyllum scotiifolium
Bulbophyllum semperflorens
Bulbophyllum submarmoratum
Bulbophyllum tenellum
Bulbophyllum truncatum
Bulbophyllum xylocarpi

Calanthe abreviata
Calanthe ecallosa
Ceratochilus biglandulosus
Ceratostylis anceps
Ceratostylis anjasmoroensis
Ceratostylis backeri
Ceratostylis braccata
Ceratostylis brevibrachiata
Ceratostylis capitata
Ceratostylis crassifolia
Ceratostylis latifolia
Ceratostylis simplex
Chamaeanthus brachystachys
Cheirostylis javanica
Chiloschista javanica
Cleisostoma montanum
Coelogyne simplex
Coelogyne tumida
Corybas acutus
Corybas imperatorius
Corybas praetermissus
Corybas umbrosus
Corybas vinosus
Cryptostylis filiformis
Cryptostylis javanica

Dendrobium arcuatum
Dendrobium atavus
Dendrobium capra
Dendrobium corrugatilobum
Dendrobium jacobsoni
Dendrobium kuhlii
Dendrobium paniferum
Dendrobium prianganense
Dendrobium tenellum
Dendrochilum abbreviatum
Dendrochilum brachyotum
Dendrochilum edentulum
Dendrochilum vaginatum
Didymoplexis cornuta
Didymoplexis flexipes
Didymoplexis minor
Didymoplexis obrenisformis
Didymoplexis striata
Diplocaulobium noesae
Disperis javanica

Epigeneium triflorum
Eria bogoriense
Eria coffeicolor
Eria junghuhnii
Eria rhynchostyloides
Eria valida
Eria verruculosa
Eulophia exaltata
Eulophia javanica

Flickingeria dura
Flickingeria integrilabia
Flickingeria puncticulosa


Gastrodia abscondita
Gastrodia bambu
Gastrodia callosa
Gastrodia crispa
Goodyera glauca

Habenaria backeri
Habenaria bantamensis
Habenaria curvicalcar
Habenaria griensis
Habenaria horsfieldiana
Habenaria javanica
Habenaria loerzingii
Habenaria multipartita
Habenaria parvipetala
Habenaria salaccensis
Habenaria tosariensis
Habenaria undulata
Habenaria zolingeri
Hetaeria cristata
Hetaeria lamellata
Hetaeria micrantha
Hetaeria purpurascens
Hetaeria velutina
Hymenorchis javanica

Liparis affinis
Liparis bilobulata
Liparis bleyi
Liparis clavigera
Liparis decurrens
Liparis javanica
Liparis lauterbachii
Liparis odorata
Liparis prianganensis
Luisia taurina

Malaxis crepidium
Malaxis cuprea
Malaxis humerata
Malaxis junghuhnii
Malaxis kobi
Malaxis koordersii
Malaxis lobatocallosa
Malaxis obovata
Malaxis purpureonervosa
Malaxis ridleyi
Malaxis sagitta
Malaxis slamatensis
Malaxis soleiformis
Malaxis tenggerensis
Malaxis tjiwideiensis
Malleola forbensi
Malleola baliensis
Malleola kawakamii
Malleola ligulata
Malleola sphingoides
Microsaccus affinis
Microsaccus javensis
Microsaccus ramosus
Microtatorchis javanica
Microtatorchis papilosa
Microtatorchis steenisii
Myrmechis glabara
Myrmechis concolor

Nervilia beumeel
Nervilia campestris
Nervilia winckelii

Oberonia boerlageana
Oberonia cirrhifera
Oberonia dubia
Oberonia imbricata
Oberonia lotsyana
Oberonia microphylla
Oberonia nitidicauda
Oberonia oxystophyllum
Oberonia salakana
Oberonia similis
Oberonia subligaculifera
Oberonia tjisokanensis
Oberonia valetoniana
Oberonia zimmermanniana
Omoea micrantha



Paphiopedilum glaucophyllum
Pennilablum aurantiacum
Peristylus djampangensis
Phalaenopsis javanica
Pholidota camelostalix
Phreatia acuminate
Phreatia subsaccata
Plocoglottis latifolia
Pseudovanilla affinis
Pteroceras fraternum
Pteroceras javanica
Pteroceras zollingeri

Saccolabium pusillum
Saccolabium rantii
Saccolabium sigmoideum
Sacroglyphis comberi
Schoenorchis juncifolia
Silvorchis colorata
Stigmatodactylus javanicus

Taeniophyllum aurantiacum
Taeniophyllum bakhuizeni
Taeniophyllum biloculare
Taeniophyllum biocellatum
Taeniophyllum calyptrochilum
Taeniophyllum djampangense
Taeniophyllum doctersii
Taeniophyllum glandulosum
Taeniophyllum hirtum
Taeniophyllum mamilliferum
Taeniophyllum pantjarense
Taeniophyllum reynvaaniae
Taeniophyllum rostellatum
Taeniophyllum tenerrium
Tainia elongata
Thelasis javanica
Thelymitra javanica
Thrixspermum conigerum
Thrixspermum doctersii
Thrixspermum javanicum
Thrixspermum obtusum
Thrixspermum patens
Thrixspermum pupurascens
Thrixspermum roseum
Thrixspermum squarrosum
Trichoglottis javanica
Trichoglottis rigida
Trichoglottis tricostata

Vanda tricolor
Vrydagzynea purpura

Zeuxine tjiampeana



Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Daftar Tumbuhan Endemik di Pulau Jawa

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Pulau Jawa sering dikatakan memiliki tingkat endemisitas yang rendah dibandingkan dengan pulau-pulau besar lainnya di Indonesia. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah alam di Pulau Jawa yang penuh dengan gunung api aktif sehingga tidak memberikan waktu yang cukup untuk memunculkan endemisme tumbuhan.

Meskipun demikian, flora khas Pulau Jawa setidaknya memberikan banyak daftar tumbuhan endemik yang ada di Indonesia. Tumbuhan / tanaman endemik di Pulau Jawa setidaknya lebih dari 325 spesies mulai dari tumbuhan dikotil, monokotil dan termasuk juga anggrek.

Berikut adalah beberapa daftar tumbuhan (flora) endemik di Pulau Jawa, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur:

Baca juga: Jenis-jenis Anggrek Endemik di Pulau Jawa


Tumbuhan Dikotil
  1. Achudemia javanica
  2. Adinandra javanica 
  3. Alchemilla villosa
  4. Althaemenes javanica
  5. Anaphalis maxima
  6. Apoballis javanica
  7. Aralia javanica
  8. Blepharis exigua
  9. Burmannia steenisii
  10. Canarium kipella
  11. Casearia flavovirens
  12. Cassine koordersii
  13. Clethra javanica
  14. Cyrtandra elbertii
  15. Dehaasia acuminata
  16. Dehaasia chatacea
  17. Dendrophthoe praelonga
  18. Derris danauensis
  19. Diplycosia pilosa
  20. Dipterocarpus littoralis
  21. Erycibe macrophylla
  22. Erythrina euodiphylla
  23. Eugenia amplifora
  24. Eugenia discophora
  25. Gaultheria solitaria
  26. Heliciopsis lanceolata
  27. Heritiera percoriacea
  28. Lasianthus tomentosum
  29. Lepeostegeres gemmiflorus
  30. Limnocitrus littoralis
  31. Lithocarpus crassinerivis
  32. Lithocarpus indutus
  33. Lithocarpus kostermansii
  34. Lithocarpus platycarpus
  35. Macropanax concinnus
  36. Mangifera lalijiwa
  37. Melastoma zollingeri
  38. Mitrasacme bogoriensis
  39. Mitrasacme saxatillis
  40. Myristica teijsmanii
  41. Notaphoboe javanica
  42. Plectranthus petraeus
  43. Plectranthus steenisii
  44. Prunus adenopa
  45. Rhododendron album
  46. Rhododendron loerzingii
  47. Rhododendron wilhelminae
  48. Rorippa backeri
  49. Saurauia bogoriensis
  50. Saurauia bracteosa
  51. Saurauia cauliflora
  52. Saurauia lanceolata
  53. Saurauia microphylla
  54. Scheffera reiniano
  55. Scurrula didyma
  56. Solanum alpinum
  57. Solanum anacamptocarpum
  58. Solanum rhinozerothis
  59. Solanum viscidissimum
  60. Stylidium inconspicuum
  61. Styphelia javanica
  62. Symplocos costata
  63. Symplocos junghuhnii
  64. Terminalia kangeanensis
  65. Vantica bantamensis
  66. Vernonia zollingerianoides
  67. Viola javanica
  68. Zanthoxylum penjaluensis


Tumbuhan Monokotil
  1. Amomum blumeanum
  2. Amomum gracile
  3. Amomum hochrentineri
  4. Amomum pseudofoetens
  5. Bambusa cornuta
  6. Calamus adsperrimus
  7. Calamus burckianus
  8. Calamus heteroideus
  9. Calamus melanoloma
  10. Ceratolobus glaucescens
  11. Daemonorops rubra
  12. Discorea blumei
  13. Discorea madiunensis
  14. Discorea platycarpa
  15. Discorea vilis
  16. Etlingera foetens
  17. Etlingera hemisphaerica
  18. Etlingera heynianum
  19. Etlingera parvum
  20. Etlingera solaris
  21. Etlingera walang
  22. Fimbristylis subdura
  23. Gigantochloa manggong
  24. Hedychium roxburghii
  25. Hornstedtia horsfieldii
  26. Hornstedtia mollis
  27. Hornstedtia paludosa
  28. Hornstedtia rubra
  29. Hypolytrum humile
  30. Korthalsia junghuhnii
  31. Licuala gracilis
  32. Nastus elegantissimus
  33. Pinanga javana
  34. Plectocomia longistima
  35. Schizostachyum biflorum
  36. Zingiber gramineum
  37. Zingiber inflexum
  38. Zingiber oderiferum
Ilustrasi Tumbuhan Pinanga javana


Referensi

  • Backer . 1963. Flora of Java.
  • Steenis. 1972. Flora Pegunungan Jawa.
  • Tony Whitten dkk. 1999. Ekologi Jawa dan Bali.



Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Sunday, July 15, 2018

Cadangan Makanan pada Tumbuhan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.



Tumbuhan merupakan organisme yang dapat membuat makanannya sendiri atau yang disebut sebagai organisme autrotof. Tumbuhan membuat makanannya sendiri dengan memanfaatkan pigmen hijau yang dapat menyerap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi. Energy tersebut digunakan untuk proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis akan dihasilkan produk berupa karbohidrat yang dapat digunakan tumbuhan sebagai cadangan makanan. Tumbuhan dapat menyimpan cadangan makanan dalam berbagai bentuk seperti pati, gula atau minyak. Cadangan makanan ini biasanya disimpan oleh tumbuhan dalam bentuk umbi-umbian seperti pada tanaman kentang, bawang singkong dan sebagainya.

Tumbuhan memiliki alat yang berperan sebagai panel sinar matahari. Alat ini tersusun atas sel-sel yang berukuran sangat kecil, yang biasanya disebut dengan kloroplas. Satu sel dapat terdiri atas lebih dari 100 kloroplas. Di dalam kloropastersebut terdapat pigmen hijau yang dapat menangkap cahaya matahari. Pigmen hijau ini disebut dengan klorofil. Prinsip kerja pada kloroplas menyerupai panel matahari yang bekerja dengan mengumpulkan sinar matahari kemudian diubah menjadi energi yang bisa digunakana untuk pembuatan makanan.

Bawang
Bawang pada tahun pertama akan menyimpan cadangan makanannya yang berupa gula pada umbi. Umbi bawang ini terbentuk dari daun yang menggembung di sekitar batang yang memendek. Pada tahun kedua, gula yang disimpan di dalam umbi bawang selanjutnya akan digunakan untuk pertumbuhan dan pembentukan bunga. Gula berubah warna menjadi cokelat saat dipanaskan, proses ini disebut dengan karamelisasi. Karamelisasi ini dapat menyebabkan warna bawang menjadi kecokelatan (gelap) ketika digoreng.

Kentang
Kentang merupakan batang di bawah tanah yang membesar, atau yang dikenal sebagai umbi batang yang menyimpan cadangan makanan hasil fotosintesis. Makan ini tersimpan dalam bentuk pati yang berperan sebagai makanan cadangan bagi akar muda yang baru tumbuh dari tunas umbi batang. Dengan adanya cadangan makanan ini akar muda dapat tumbuh dengan cepat. 

Ketika di dalam kondisi yang sangat gelap atau hanya ada sedikit cahaya, tumbuhan tidak dapat membuat makanan melalui fotosintesis, karena tidak ada energy cahaya yang bisa diserap. Namun kentang dapat tetap bertahan hidup dan menghasilkan beberapa akar dan tunas. Tunas kentang muda mengambil cadangan makanan yang disimpan pada akar umbi kentang yang dihasilkan oleh tumbuhan induk sebelumnya untuk pertumbuhannya. Ketika cadangan makanan digunakan umbi akar tersebut akan mulai mengkerut. Kentang muda yang ditumbuhkan di tempat gelap memiliki daun dengan sedikit klorofil, sehingga membuat warnanya menjadi pucat (etiolasi). Namun setelah tiga minggu dalam tempat gelap kentang akan mengalami pemulihan yang cepat. Kentang akan tumbuh dengan cepat dan daunnya akan mulai menghijau. Hal ini terjadi karena klorofil telah banyak dibuat untuk menangkap energy cahaya matahari yang mengenainya. Kentang yang telah tumbuh ini dapat membuat cadangan makanannya sendiri yang akan disimpan pada akar umbi kentang yang baru. Sehingga akar umbi yang lama akan mengerut dan mati.

Penulis: Ni’ma Haida

Referensi: Burnie, David. 2010. Eyewitness Plant. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Agen Penyerbuk Bunga

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.



Kebanyakan orang mungkin hanya mengetahui kalau penyerbukan pada tumbuhan berbunga dibantu oleh serangga seperti kupu-kupu dan lebah saja. Namun ternyata ada beberapa jenis tumbuhan berbunga yang penyerbukannya dibantu oleh makhluk hidup lain yang kurang diketahui oleh kebanyakan orang. Beberapa jenis tumbuhan diserbuki oleh spesies lalat yang tertarik dengan bau busuk. Ada juga tumbuhan yang mengandalkan burung yang tertarik pada warna bunga yang mencolok dan nektar yang manis sebagai penyerbuknya. Tumbuhan-tumbuhan tersebut memiliki morfologi yang khas untuk beradaptasi dengan jenis penyerbuk tertentu. Jenis penyerbuk selain serangga dan burung diantaranya adalah kelelawar, tikus, posum dan bahkan siput pun juga bisa berperan sebagai penyerbuk.

Warna Bunga Mencolok
Tumbuhan berbunga yang diserbuki oleh burung pada umumnya memiliki mahkota atau kepala bunga yang berwarna merah atau merah muda. Burung memiliki indera penglihatan yang baik, oleh karena itu saat melihat bunga yang berwarna merah cerah dan mengandung nektar, burung akan tertarik untuk mendatanginya dan mengambil nektarnya. Dan saat itulah polen akan terbawa ke tumbuhan lain melalui burung tersebut. Sebagai contoh bunga Aechmea fascinate, tumbuhan berbunga ini hidup di bagian pohon yang tinggi dan mempunyai penampilan bunga yang mencolok untuk menarik perhatian burung penyerbuk. Bunga ini memiliki daun pelindung (braktea) yang berwarna merah muda yang bisa menarik perhatian burung. Dan juga memiliki bunga yang awalnya berwarna ungu namun saat bunga terbuka akan berubah menjadi warna merah. Bunga-bunga merah tersebut muncul diantara bunga pelindung. Kebanyakan serangga selain kupu-kupu tidak dapat melihat warna merah sehingga warna pada bunga ini tidak biasa bagi serangga penyerbuk. Oleh karena itu Aechmea fascinate lebih mengandalkan burung sebagai penyerbuknya.


Pemikat Lalat
Tanaman Aristolochia brasiliensis merupakan tanaman menjalar yang berasal dari Amerika Selatan. Bunga dari tanaman ini dapat memikat lalat melalui baunya yang menyerupai bau ikan busuk. Bunga ini memiliki sepal dengan bentuk memanjang yang dapat berfungsi sebagai tempat mendarat untuk lalat. Lalat yang masuk ke dalam bunga akan jatuh ke dasar tabung dan terjebak oleh rambut-rambut yang mengarah ke bawah. Lalat tersebut akan terjebak di dalamnya sepanjang malam. Saat bunga mulai layu lalat yang dipenuhi oleh polen baru dapat keluar dengan terbang mengikuti arah cahaya yang berasal dari sel “jendela” pada bunga yang memungkinkan masuknya cahaya.

Lili Kuning
Penyerbukan bunga Lili kuning dengan nama latin Zantedeschia elliottiana dibantu oleh serangga yang disebut dengan agas jamur. Putik dan benang sarinya tumbuh pada bagian tengah bunga yang dibungkus oleh daun pelindung berwarna kuning. Serangga yang membawa polen dari tumbuhan lain akan merayap ke dasar daun pelindung yang berwarna kuning tersebut hingga akhirnya terperangkap rambut-rambut yang mengarah ke bawah. Ketika bergerak polen yang dibawa oleh serangga akan menyerbuki bunga betina, rambut kemudian menjadi layu bersamaan dengan keluarnya serangga dari dalam yang berlumuran polen yang sudah matang dan siap untuk dipindahkan ke tumbuhan lain.

Penyerbukan oleh Posum
Possum madu Australia atau Tarsipes rostratus merupakan marsupialia kecil yang hidup dengan memakan nektar dari bunga, seperti tumbuhan banksia. Possum memperoleh makanannya dengan cara mengambil nektar menggunakan moncongnya yang panjang dan lidah yang menyerupai kipas. Selain possum, mamalia yang dapat menyerbuki bunga ini adalah rodensia dan kelelawar.

Penulis: Ni’ma Haida

Referensi: Burnie, David. 2010. Eyewitness Plant. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Macam-macam Penyerbukan pada Bunga

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.



Penyerbukan pada sebagian besar tumbuhan berbunga biasanya dibantu oleh beberapa jenis serangga seperti lebah dan kupu-kupu. Bunga memiliki warna yang menarik dan bentuk yang khas untuk menarik perhatian serangga. Tumbuhan memikat serangga melalui warna bunga yang mencolok dan makanan dalam bentuk nektar. Ketika serangga menghisap nektar, polen akan menempel di tubuh serangga, biasanya pada bagian punggung atau kepala. Bentuk bunga yang khas akan membantu agar polen bisa dengan mudah menempel pada tubuh serangga.

Bunga Linaria vugaris diserbuki oleh lebah dengung. ketika lebah datang, leher bunga akan tertutup erat, sehinggga untuk mencapai nektar di belakang bunga , lebah harus membuka bunga dengan cara mendorongnya ke depan. Lebah akan menyapu antera di dalam bunga sehingga polen dapat menempel di punggungnya. Warna kuning cerah pada mahkota bunga Linaria vulgaris berfungsi sebagai pemandu lebah untuk mendarat serta berfungsi sebagai landasan. Pada saat menghisap nektar, polen yang terbawa di punggung lebah tersebut akan berpindah ke stigma dan penyerbukan pun terjadi.

Beberapa bunga anggrek menggunakan tipuan yang cerdas untuk menarik serangga supaya bunga dapat diserbuki. bunga memiliki kenampakan dan bau seperti betina dari lalat, ataupun lebah, seperti bunga anggrek Ophrys insectivera memiliki bentuk bunga dan bau yang mirip dengan lebah betina. Penyamaran tersebut dapat menarik lebah jantan, karena lebah jantan akan mengamggap bahwa bunga tersebut adalah lebah betina yang siap untuk dikawini. Pada saat itu terjadi, polen akan menempel di tubuh lebah dan akan terbawa ke bunga lainnya ketika lebah tersebut terbang.

Selain itu ada juga tumbuhan berbunga yang lebih memilih dan mengandalkan serangga penyerbuk tertentu, yang mana serangga tersebut tidak bisa digantikan dengan serangga lain. Misalnya beberapa spesies tanaman yucca, dimana tanaman ini secara eksklusif diserbuki oleh ngengat kecil yang disebut dengan ngengat yucca yaitu Tegeticula maculate. Sebagai imbalannya tanaman yucca akan menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk ngengat kecil tersebut. Hal ini bisa juga disebut sebagai hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Bunga yucca diuntungkan dengan dibantu penyerbukannya, dan ngengat dapat memperoleh makanan serta tempat hidup.

Kupu-kupu merupakan salah satu serangga penyerbuk yang penting. Ketika mendarat di bunga untuk mengambil nektar, polen dari antera akan menempel di tubuh kupu-kupu dan akan terbawa ke bunga lainnya saat kupu-kupu tersebut terbang. Karena serangga ini memiliki indera penciuman yang baik, bunga yang diserbuki oleh kupu-kupu biasanya memiliki bau yang harum. Saat musim tumbuhan mulai berbunga tiba akan terdapat kupu-kupu dengan jumlah yang banyak yang siap membantu proses penyerbukan. Kupu-kupu dan ngengat menghisap nektar melalui belalainya yang berlubang, seperti sedang minum menggunakan sedotan. Panjang dari belalai serangga ini sangat beragam mulai dari 1 mm sampai 30 cm. Saat beristirahat belalainya yang panjang akan melingkar di bawah kepalanya.

Penulis: Ni’ma Haida

Referensi: Burnie, David. 2010. Eyewitness Plant. Jakarta : Penerbit Erlangga



Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.